Percut Dihebohkan Duel Maut 2 Wanita, 1 Meninggal
radarkriminal.online
PERCUT SEI TUAN
Pagi itu, Jumat, 7 November 2025, udara di Desa Sei Rotan, Kecamatan Percut Sei Tuan terasa lembap dan tenang seperti biasa. Embun masih menggantung di daun kelapa, dan suara ayam bersahutan dari kejauhan. Tak ada yang menyangka, dalam ketenangan pagi itu, dua wanita akan menorehkan kisah kelam di sebuah rumah sederhana di ujung gang kecil itu.
Sekitar pukul delapan pagi, suasana kantor desa mendadak riuh. Irwansyah Putra, kepala lingkungan setempat, baru saja menata berkas di mejanya ketika seorang warga datang tergopoh-gopoh, napasnya memburu.
“Pak, cepat ke rumah itu… ada ribut besar! Ada darah!”
Tanpa banyak tanya, Irwansyah bergegas. Sesampainya di lokasi, rumah itu tampak sepi, pintunya terbuka separuh, dan aroma anyir darah menyusup keluar bersama udara pagi.
Di ruang tamu, seorang wanita duduk terkulai, tubuhnya gemetar, bajunya berlumuran darah. Tatapannya kosong, tapi dari bibirnya yang pucat, keluar kalimat pelan, hampir seperti bisikan.
“Di… di dalam kamar…” katanya lirih sambil menunjuk ke arah kamar.
Irwansyah melangkah hati-hati. Di kamar yang disebut wanita itu, pemandangan yang lebih memilukan menantinya. Seorang perempuan tergeletak di lantai, tubuhnya bersimbah darah. Di lehernya, terlihat luka menganga—bekas tusukan benda tajam. Nyawanya telah pergi sebelum sempat ditolong.
“Korban meninggal satu,” ujar Irwansyah pelan, menahan napas di antara rasa kaget dan iba. “Yang satu lagi luka-luka...,"
Polisi datang tak lama kemudian. Garis kuning dipasang, dan warga berkerumun di luar pagar. Desas-desus mulai berhembus—tentang dua wanita yang sudah lama tinggal menumpang di rumah itu, tentang pertengkaran yang sering terdengar sejak subuh.
Menurut Irwansyah, keduanya bukan warga asli Sei Rotan. Mereka pendatang, tinggal di rumah kerabat sejak setahun lalu. Tapi selama itu pula, pertengkaran kecil sering mewarnai keseharian mereka. “Sering cekcok, kata tetangga,” ujarnya.
Kini, rumah itu sunyi. Hanya tersisa bekas darah di lantai dan aroma duka yang menggantung di udara.
Dua wanita, dua nasib, dua amarah yang akhirnya pecah di pagi yang mestinya tenang.
Dan di Desa Sei Rotan, orang-orang masih bertanya dalam hati: apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka — hingga satu nyawa harus hilang, dan satu lagi hidup dengan luka yang tak akan mudah sembuh.
#SeiRotan #PercutSeiTuan
0 Komentar